Makassar – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin memimpikan Sulsel kembali dikenal sebagai pusat perdagangan dunia. Bahtiar menegaskan HUT ke-354 Sulsel menjadi momentum untuk mengembalikan kejayaan tersebut.
Hal demikian diutarakan Bahtiar saat menghadiri acara kirab budaya yang merupakan rangkaian HUT ke-354 Sulsel di Anjungan Pantai Losari, Sabtu (21/10) malam. Bahtiar awalnya menyebut 354 tahun lalu Sulsel berada dalam masa kejayaannya.
“Sekali lagi, di Hari Jadi ke-354 ini momentum kebangkitan kembali, bahwa 354 tahun yang lalu, jazirah Sulsel ini adalah pusat perdagangan dunia. Kita mau mengembalikan kejayaan itu secara perlahan,” ujar Bahtiar kepada wartawan, Sabtu (21/10/2023).
Bahtiar mengaku upaya tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangannya. Dia berharap dukungan masyarakat Sulsel untuk membangun Sulsel.
“Tentu pemerintah tidak bisa sendiri tanpa masyarakat. Kekuatan kita adalah masyarakat itu sendiri. Bagaimana 9,3 juta masyarakat Sulsel menjadi kekuatan untuk membangun Sulsel,” ucapnya.
Bahtiar menambahkan dirinya juga akan menjalin komunikasi dengan tokoh atau warga Sulsel yang merantau. Dia menegaskan pemerintah akan melakukan konsolidasi.
“Termasuk saudara kita yang diaspora. Yang merantau di tempat lain. Pelan-pelan kami konsolidasikan,” sambung Bahtiar.
Bagi Bahtiar, perkembangan Sulsel di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi masyarakatnya. Dengan demikian, dia kembali menekankan perlunya kontribusi warga untuk ikut membangun Sulsel.
“Maju atau mundurnya Sulawesi Selatan tergantung dari kebersamaan kita membangun Sulsel,” sebutnya.
Bahtiar lantas mengungkit soal falsafah hidup yang dimiliki oleh orang Bugis-Makassar. Falsafah hidup itulah, kata dia, yang membuat orang Sulsel menjadi disegani oleh orang lain.
“Yang membedakan kita dengan bangsa lainnya di Indonesia bahkan di dunia. Kita punya falsafah hidup yang kuat. Sehingga kita disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain,” paparnya.
“Kita punya falsafah ininnawa, siri’ na pacce, falsafah Toddopuli, falsafah sipakatau, sipakainge’, sipakalebbi. Banyak sekali ilham dalam kehidupan kita,” lanjut Bahtiar.
Dia pun menuturkan nilai-nilai yang senantiasa dipegang itu menjadi identitas tersendiri buat orang Bugis-Makassar. Dengan nilai itu pula, masyarakat Sulsel disebut bangsa petarung yang tidak mudah goyah.
“Sehingga kita menjadi bangsa petarung. Kuat. Tidak lemah. Ini kekuatan yang dimiliki Sulsel dan yang membedakan dengan yang lain,” ungkapnya.
Bahtiar menambahkan kirab budaya HUT ke-354 Sulsel juga menjadi momen menghargai peradaban yang telah dibangun oleh para pendahulu. Sebab dengan cara itu juga, Bahtiar menyebut identitas Sulsel dapat ditunjukkan.
“Maka penghormatan kita pada pendahulu, adalah bentuknya paling tidak mengucapkan syukur. Menampilkan apa hasil karya-karya budaya mereka. Karena dengan itu, kita menunjukkan identitas kita,” tukasnya.
Diketahui, Kirab Budaya dalam rangka HUT Sulsel ke-354 melibatkan seluruh kabupaten/kota yang ada di Sulsel. Setiap perwakilan daerah menunjukkan ciri khas kebudayaan daerahnya masing-masing, mulai dari busana adat, tari-tarian, hingga benda-benda pusaka.
Comment